Perubahan iklim telah menjadi penyebab banyaknya perubahan lingkungan sehingga menjadikan ekosistem dunia dan jutaan orang semakin rentan terhadap meningkatnya dampak bencana alam dan bahaya. Berdasarkan pengalaman kami di lapangan dalam program pengurangan risiko bencana, kami menyadari bahwa perubahan iklim telah menimbulkan banyak ancaman pada populasi yang paling berisiko, termasuk penyandang disabilitas. Kekeringan, hujan lebat, banjir, dan bencana alam lainnya dengan frekuensi yang lebih sering dan besar telah membuat mata pencaharian mereka lebih rentan karena kerawanan pangan, kehilangan pendapatan, dan marginalisasi yang semakin parah. ASB melihat kondisi ini sebagai kebutuhan untuk membangun ketangguhan dan pemberdayaan kelompok berisiko.
ASB telah mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana milik ASB ke dalam adaptasi perubahan iklim sejak tahun 2015. Pada tahun 2019, kami membentuk program adaptasi perubahan iklim yang dikombinasikan dengan pengurangan risiko bencana, melalui kemitraan dengan ACCORD di Filipina dan Yayasan Bintari di Indonesia. Kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan iklim dari 21 komunitas di 6 kota/kabupaten di Filipina dan Indonesia yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pada tahun 2020, kami memulai kemitraan lain dengan Center for Disability in Development (CDD) di Bangladesh, Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD) di Indonesia, dan People’s Initiative for Learning and Community Development (PILCD) di Filipina. Kami bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi dan ketangguhan komunitas rawan bencana di Asia Selatan dan Asia Tenggara dengan mewujudkan mata pencaharian yang cerdas iklim dan sensitif terhadap risiko serta keterlibatan dan kepemimpinan yang lebih besar dari perempuan dan penyandang disabilitas.