Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat ditawar. Namun, di sejumlah wilayah pedesaan, akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan besar, terutama ketika berhadapan dengan kondisi geografis yang sulit dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di dua desa di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, yaitu Desa Ngadiharjo dan Desa Giri Tengah.
Pada Sabtu, 13 September 2025, Desa Ngadiharjo dan Desa Giri Tengah melakukan peresmian fasilitas Water System. Program ini tidak hanya menghadirkan sumber air bersih yang layak, tetapi juga menjadi simbol nyata dari kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, organisasi kemanusiaan, serta mitra internasional.

Kolaborasi Multi-Pihak untuk Pemenuhan Hak Dasar
Water System yang dibangun di Desa Ngadiharjo dan Desa Giritengah adalah salah satu kegiatan dari Program Seger Waras, yang merupakan bagian dari program global ECT WASH yang diimplementasikan di 14 negara, dan didanai oleh German Federal Foreign Office (GFFO) dan Aktion Deutschland Hilft (ADH). Di Indonesia, program Seger Waras bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kabupaten Magelang. Serta secara aktif bermitra dengan Pemerintah Desa Ngadiharjo dan Pemerintah Desa Giritengah.
Kehadiran banyak pihak ini menunjukkan bahwa isu air bersih tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi lintas lembaga, lintas negara, bahkan lintas budaya untuk menghasilkan solusi yang berkelanjutan.
Acara peresmian dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yakni perwakilan Pemerintah Kabupaten Magelang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Bappeda, perwakilan Kecamatan Borobudur, Forum Inklusivitas Disabilitas Kabupaten Magelang (FIDAKAMA), hingga partisipan program langsung. Hadir pula Martin, perwakilan mitra dari Jerman, yang menegaskan kuatnya dukungan komunitas internasional terhadap upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di Indonesia.
Peresmian di Desa Ngadiharjo
Rangkaian acara dimulai di Desa Ngadiharjo. Prosesi pembukaan diawali dengan sambutan resmi, penampilan kesenian tradisional oleh warga, hingga testimoni dari partisipan program. Puncak acara ditandai dengan pemotongan tumpeng dan peresmian simbolis.

alam sambutannya, Irawan sebagai perwakilan Bappeda Kabupaten Magelang menegaskan pentingnya peran ASB dalam pembangunan ini:
“Kami sangat menyambut baik program pengadaan air bersih ini. Pendekatan yang dilakukan tim ASB berbeda dengan program lainnya, sehingga kolaborasi antara masyarakat desa dan pemerintah dapat berjalan lancar. Harapannya, pembangunan ini tidak berhenti sampai di tahun 2026 saja, melainkan terus berlanjut.”
Perwakilan warga dari Dusun Tanjung dan Onggosoro menambahkan bahwa program “Seger Waras” yang menjadi payung kegiatan pembangunan air bersih ini merupakan bukti bahwa kerja sama antara aktor lokal dan internasional dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Martin Kuntsmann, Asia Desk Officer dari kantor pusat ASB di Jerman, juga menyampaikan apresiasinya terhadap semangat kolaborasi yang ditunjukkan oleh warga dan pemerintah daerah:
“Dibutuhkan kerja sama yang kuat agar program berjalan lancar. Kami berharap fasilitas ini benar-benar memberi manfaat besar bagi masyarakat.”

Sementara itu, Wahyu Sariyanto, Kepala Desa Ngadiharjo menekankan betapa mendesaknya kebutuhan air bersih di wilayahnya:
“Desa Ngadiharjo adalah desa terluas di Kecamatan Borobudur, tetapi kami menghadapi persoalan serius akibat perubahan iklim, termasuk ancaman bencana. Selama dua tahun terakhir, ASB mendampingi kami dalam mitigasi dan kebersihan lingkungan. Kehadiran water system ini sangat berarti, terutama bagi kelompok rentan dan penyandang disabilitas.”

Testimoni serupa juga datang dari warga, salah satunya Pak Rohmat:
“Program ini bukan sekadar bantuan, tetapi mengubah wajah kehidupan kami. Dengan adanya sumber air bersih, kami merasa terbantu. Sekarang tinggal bagaimana kita bersama-sama merawatnya demi masa depan.”
Puncak peresmian di Ngadiharjo adalah simbolis pembukaan keran reservoir yang diserahkan langsung oleh perwakilan ASB S-SEA, Pemerintah Kabupaten Magelang, dan Martin kepada Ibu Irawati, Ketua Kelompok Disabilitas Desa Ngadiharjo.
Peresmian di Desa Giri Tengah
Selepas peresmian di Ngadiharjo, kegiatan berlanjut di Desa Giri Tengah. Seperti halnya di desa sebelumnya, acara diawali dengan sambutan, testimoni, dan sesi diskusi terbuka antara masyarakat dengan pihak pemerintah maupun mitra.
Budi Ontoro, Ketua Pokja PSABS (Pembangunan sistem air bersih) Onggosoro, menuturkan betapa pentingnya pembangunan water system di wilayahnya:
“Kekurangan air sangat dirasakan, terutama di Dusun Onggosoro. Dengan adanya water system ini, sebanyak 78 kepala keluarga atau sekitar 265 jiwa kini dapat menikmati air bersih. Kami tetap berharap adanya pendampingan lebih lanjut terkait pembangunan infrastruktur air yang aman dan berkelanjutan.”

Pada sesi diskusi, perwakilan FIDAKAMA, Hendry Hernowo, menyoroti aspek inklusivitas pembangunan:
“Kami para penyandang disabilitas ikut serta dalam proses pembangunan ini. Banyak manfaat yang dirasakan, termasuk akses yang lebih setara terhadap air bersih. Inklusi bukan sekadar tujuan, tetapi proses nyata yang sedang kita jalani.”
Martin Kuntsmann, juga sempat menanyakan bagaimana keberlanjutan kolaborasi antara kelompok kerja (Pokja) dan organisasi berbasis disabilitas. Pertanyaan ini dijawab oleh pihak desa dengan menegaskan bahwa parameter inklusi sudah ditetapkan sehingga setiap kegiatan dapat dijalankan secara terukur.

Prosesi penutup dilakukan dengan kunjungan ke reservoir dan peresmian simbolis berupa pemotongan janur oleh Martin. Tindakan sederhana ini menjadi penanda awal pemanfaatan fasilitas air bersih di Giri Tengah.
Makna Strategis Program water system
Lebih dari sekadar pembangunan infrastruktur, peresmian water system di Ngadiharjo dan Giri Tengah menunjukkan bahwa akses air bersih adalah hak fundamental yang harus diperjuangkan melalui kolaborasi multipihak. Kehadiran fasilitas ini bukan hanya soal ketersediaan sumber air, tetapi juga tentang peningkatan kualitas hidup, penguatan kapasitas masyarakat, serta pemenuhan prinsip inklusivitas.
Program ini juga menegaskan bagaimana keterlibatan organisasi internasional, seperti ASB dapat bersinergi dengan kekuatan lokal pemerintah desa, kelompok masyarakat, dan komunitas disabilitas. Sinergi inilah yang menjadikan pembangunan lebih partisipatif dan berorientasi jangka panjang.
Harapan Ke Depan
Keberhasilan peresmian water system di dua desa ini diharapkan menjadi model bagi pembangunan serupa di wilayah lain yang menghadapi tantangan air bersih. Pemerintah Kabupaten Magelang bersama ASB S-SEA menargetkan agar program tidak hanya berhenti di tahun 2026, tetapi terus dikembangkan untuk memperluas dampaknya.
Lebih jauh lagi, program ini membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur dasar harus dilakukan secara inklusif, melibatkan semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok rentan. Dengan cara itu, pembangunan bukan hanya sekadar menghadirkan fasilitas fisik, tetapi juga memperkuat rasa kepemilikan, tanggung jawab bersama, dan solidaritas sosial.
Bagi masyarakat Desa Ngadiharjo dan Desa Giri Tengah, bukan hanya sumber air bersih, melainkan juga sumber harapan baru.
Author: Indah Dwi Rahmawati, Communications and Graphics Design Intern, ASB S-SEA