Disclaimer: Tulisan ini merupakan pengembangan dari sesi berbagi pengetahuan oleh Daur Resik, sebuah inisiatif bisnis (startup sosial) yang berfokus pada pengelolaan sampah.
Darurat Sampah Global
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pertama (SDG 1) menargetkan penghapusan kemiskinan. Dalam target SDG 1.4, ditegaskan bahwa pada tahun 2030 semua orang, khususnya kelompok miskin dan rentan, harus memiliki akses terhadap layanan dasar. Sepuluh layanan dasar telah diidentifikasi, salah satunya adalah layanan pengelolaan sampah, di samping air minum, sanitasi dan higienitas (WASH), energi, mobilitas, layanan kesehatan, pendidikan, dan teknologi informasi.
Namun, saat ini dunia menghadapi darurat sampah global. Sekitar 2,7 miliar orang masih belum mendapatkan layanan pengumpulan sampah secara rutin dan andal. Akibatnya, sekitar 29% sampah perkotaan tidak terkelola, sementara sebagian lainnya memang dikumpulkan tetapi akhirnya dibuang ke tempat pembuangan tidak terkendali atau dibakar secara terbuka.
Jika sampah tidak terangkut, masyarakat terpaksa mengelolanya sendiri dengan cara membuang sembarangan (wild dumping), menimbun, atau membakar di ruang terbuka. Praktik ini menimbulkan dampak serius bagi kesehatan masyarakat, seperti saluran air tersumbat, genangan air, sarang nyamuk dan serangga, hingga penyebaran penyakit menular. Sampah yang tidak terkelola juga menjadi penyumbang utama polusi plastik makro (sekitar 85%) yang berakhir di lingkungan dan berpotensi mencemari lautan. Kondisi ini menunjukkan bahwa dunia berada dalam krisis sampah yang terus berlangsung.
Dalam konteks darurat ini, kita perlu menguatkan prinsip-prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan. Selain Reduce, Reuse, Recycle, ada dua prinsip lain yang sama pentingnya, yaitu Rethink (memikirkan ulang) dan Research (meneliti/mencari tahu).
Rethink: Memikirkan Ulang Cara Kita Menghasilkan dan Mengelola Sampah
Apa itu Rethink?
Kita terbiasa dengan prinsip 3R, tetapi Rethink mengajak kita melangkah lebih jauh. Prinsip ini menekankan pentingnya memikirkan kembali kebiasaan sehari-hari yang menghasilkan sampah. Tidak cukup hanya memilah atau membuang ke tempat daur ulang; kita harus lebih kritis dalam mencegah timbulnya sampah sejak awal.
Contoh sederhana: membawa tas belanja sendiri agar tidak perlu kantong plastik sekali pakai, atau memilih produk yang mengandung bahan daur ulang.
Bagaimana Cara Memulai Rethink?
Setiap kali akan membeli atau membuang sesuatu, tanyakan pada diri sendiri:
-
Apakah barang ini bisa digunakan kembali?
-
Apakah bisa diperbaiki?
-
Apakah bisa didaur ulang?
Dengan pertanyaan sederhana tersebut, kita dilatih untuk melihat sampah bukan sebagai sesuatu yang harus segera dibuang, tetapi sebagai sumber daya yang mungkin masih bermanfaat.
Dampak Positif Rethink
-
Mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA.
-
Menghemat sumber daya dengan memperpanjang usia pakai barang.
-
Menumbuhkan kesadaran konsumen untuk lebih bijak dalam berbelanja.
Research: Meneliti untuk Solusi Sampah Berkelanjutan
Mengapa Research Penting?
Prinsip Research menekankan perlunya mencari tahu dan mempelajari kondisi nyata pengelolaan sampah di sekitar kita. Dengan riset, kita tidak hanya berperan sebagai konsumen pasif, tetapi juga menjadi agen perubahan yang mampu mendorong solusi lokal maupun global.
Research membantu kita untuk:
-
Memahami ke mana sampah kita berakhir.
-
Menemukan fasilitas pengolahan limbah di sekitar kita.
-
Mengenali kebijakan pemerintah terkait sampah.
-
Mengidentifikasi perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
Bentuk Research yang Bisa Dilakukan
-
Riset Lingkungan Sekitar
Cari tahu apakah ada bank sampah, TPS 3R, komposter, atau program pengelolaan limbah komunitas di lingkungan Anda. -
Riset Fasilitas Pengolahan
Periksa apakah tersedia TPST, fasilitas komposting, industri daur ulang, atau bahkan pembangkit listrik tenaga sampah di daerah Anda. -
Riset Kebijakan
Pelajari peraturan daerah atau kebijakan nasional terkait larangan plastik sekali pakai, target pengurangan sampah, atau strategi pengelolaan sampah berkelanjutan. -
Riset Perilaku Masyarakat
Observasi atau wawancara sederhana untuk melihat bagaimana masyarakat mengelola sampah rumah tangga, apa kendalanya, dan peluang untuk perbaikan.
Hasil Riset yang Dapat Dimanfaatkan
-
Data nyata sebagai dasar kampanye atau program lingkungan.
-
Pengembangan program komunitas, misalnya pendirian bank sampah bersama.
-
Bahan edukasi untuk sekolah atau media sosial.
-
Dukungan advokasi kepada pemerintah agar membuat kebijakan berbasis bukti.
Darurat sampah global menyadarkan kita untuk bertindak lebih bijak dan kritis. Prinsip Rethink membantu kita mengubah pola pikir dalam berbelanja, menggunakan, dan membuang barang, sedangkan prinsip Research mendorong kita mencari tahu kondisi nyata pengelolaan sampah di sekitar kita untuk kemudian bertindak.
Keduanya saling melengkapi: dengan Rethink kita mengurangi sampah dari sumbernya, dan dengan Research kita memperkuat solusi dengan data, pengetahuan, serta inovasi. Jika diterapkan secara konsisten, kedua prinsip ini dapat menjadi fondasi menuju pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan, sehat, dan adil bagi semua.