Sepanjang 2022 hingga 2025, A2D Project-Research Group for Alternatives to Development, Inc. akan melaksanakan proyek kemitraan bersama Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) Indonesia and the Philippines yang berjudul “Penguatan Ketahanan Iklim dan Bencana di Wilayah Pesisir melalui Pencegahan Risiko Bencana (PRB)/Adaptasi Perubahan Iklim (API) Berbasis Masyarakat yang Melibatkan dan Dipimpin oleh Penyandang Disabilitas”. Proyek ini didanai oleh ASB dan BMZ (Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Federal Jerman) sebesar EUR 435.655,-. A2D Project merupakan organisasi non-profit yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup melalui promosi praktik pembangunan berbasis bukti. Organisasi ini berkomitmen untuk mengatasi kemiskinan, pengucilan, dan ketidaksetaraan di Filipina melalui berbagai inovasi.
Filipina sebagai negara kepulauan yang terletak di “Cincin Api Pasifik”, sangat rentan terhadap dampak negatif bencana alam dan perubahan iklim. Merefleksikan hasil studi yang dilakukan A2D Project pada 2015, selama dan setelah bencana Topan Haiyan, penyandang disabilitas di Kota Tabogon, Provinsi Cebu menghadapi hambatan aksesibilitas fisik, lingkungan, dan informasi yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan mereka selama dan pasca Topan Haiyan. Penyandang disabilitas di Cebu juga menghadapi berbagai hambatan akses ketika pandemi Covid-19, banyak dari mereka yang merasa dikucilkan oleh masyarakat. Pemerintah daerah di sana juga kurang tanggap dalam mengakomodasi kebutuhan para disabilitas di masa pandemi. Buruknya lagi, banyak penyandang disabilitas kehilangan pekerjaan akibat pembatasan pergerakan (lockdown).
Proyek yang akan dilakukan ASB bersama A2D bertujuan untuk menyusun langkah-langkah dan strategi pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, yang juga secara konsisten mempertimbangkan perspektif, kebutuhan, dan kapasitas kelompok rentan seperti penyandang disabilitas. Tujuannya untuk memperkuat ketahanan masyarakat pesisir dan pulau terpilih di Provinsi Cebu, Filipina. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 10 komunitas (dalam istilah Filipina disebut barangay), yakni Caohagan, Pangan-an, Caubian, Gilutungan, Catarman, Hagdan, Kinatarkan, Langub, Esperanza (Tulang Diyot), dan Sonog.
Berdasarkan latar belakang dan kapasitas yang dimiliki oleh A2D Project, intervensi kepada kelompok sasaran akan terbagi atas tiga sub-tujuan. Pertama, mendorong legalitas formal Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis) serta meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pendanaan berkelanjutan. Bagian ini juga berusaha untuk mengadvokasi pelibatan penyandang disabilitas dalam PRB/API. Hal ini diimplementasikan, salah satunya, melalui pemberian dukungan untuk pendaftaran formal/akreditasi OPDis dan partisipasi mereka dalam badan pembuat keputusan resmi.
Selanjutnya, target yang juga diintervensi dalam proyek ini adalah pemerintah daerah. Pemerintah setempat diharapkan mampu lebih memahami hak, kebutuhan, dan kemampuan penyandang disabilitas. Setelahnya, pemerintah juga diharapkan secara aktif melibatkan para penyandang disabilitas dalam PRB dan proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait pembangunan.
Terakhir, proyek ini juga dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, sumber daya, dan kapasitas masyarakat dalam mengidentifikasi dan menghindari risiko bencana dan iklim. Upaya ini ditujukan kepada penduduk di 10 barangay (khususnya penyandang disabilitas, anggota keluarga mereka, dan anggota kelompok rentan lainnya) dan para pengambil keputusan lokal. Tujuan ini diwujudkan melalui beragam aktivitas seperti pelatihan tentang hak-hak disabilitas, pengurangan risiko bencana inklusif, manajemen keuangan, dan pengembangan usaha sosial.