Kalurahan Ngalang, yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi contoh bagaimana perubahan signifikan dapat terjadi ketika seorang Kepala Desa memiliki komitmen untuk belajar, berinovasi, dan melibatkan masyarakat dalam setiap proses pembangunan. Dalam beberapa tahun terakhir, Kalurahan Ngalang menunjukkan kemajuan pesat dalam isu-isu penting seperti kesiapsiagaan bencana, pengelolaan sanitasi, dan pembangunan yang inklusif bagi seluruh warganya, termasuk kelompok rentan.
Semua perubahan ini tidak datang secara tiba-tiba. Sebaliknya, prosesnya melalui refleksi, komunikasi, dan kolaborasi yang dilakukan secara bertahap. Salah satu elemen yang turut memperkaya proses tersebut adalah program Seger Waras (ECT WASH) yang diimplementasikan oleh Arbeiter-Samariter-Bund South and South-East Asia(ASB S-SEA), yang melalui advokasi dan bimbingan programnya memberikan referensi tambahan dalam pengambilan keputusan oleh Suharyanta, Kepala Desa Ngalang.
Komitmen Awal: Membuka Diri untuk Belajar
Ketika program Seger Waras (ECT WASH) memulai kegiatannya di Kalurahan Ngalang, Suharyanta tidak serta merta langsung memahami maksud dan tujuan dari kegiatan mereka. Ia mengaku pada awalnya menganggap ASB S-SEA seperti LSM biasa. Namun, dengan pendekatan yang terbuka dan diskusi yang berkesinambungan, beliau mulai menangkap nilai-nilai baru yang dapat melengkapi arah pembangunan di wilayahnya.
Alih-alih bergantung penuh pada masukan eksternal, Suharyanta menggunakan informasi dan inspirasi dari program Seger Waras (ECT WASH) untuk memperkuat visi dan program-program yang sebenarnya sudah ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Kalurahan (RKPK). Ia secara aktif menyesuaikan arah kebijakan agar lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, tanpa harus menunggu bantuan dari luar.
Arah Baru dalam Kesiapsiagaan Bencana
Salah satu transformasi penting terjadi dalam aspek pengurangan risiko bencana. Sebelumnya, kegiatan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FRB) di desa hanya dilakukan saat terjadi bencana. Namun, Suharyanta mulai menata ulang pendekatan ini menjadi lebih preventif. Ia menetapkan bahwa tahun 2025 akan menjadi momen untuk menjalankan program mitigasi bencana secara menyeluruh, dengan melibatkan aparat desa, kader, dan masyarakat.
Langkah-langkah konkret seperti penyediaan alat evakuasi di lokasi strategis, penyusunan peta risiko per dusun, dan perencanaan titik kumpul untuk kelompok rentan menjadi bagian dari strategi tersebut. Semua itu berjalan karena adanya inisiatif dan keberanian untuk bertindak dari pemimpin lokal, yang mampu melihat pentingnya kesiapan dalam menghadapi situasi darurat.
Sanitasi Layak Berbasis Partisipasi
Program lain yang menunjukkan keseriusan perubahan di Kalurahan Ngalang adalah pengadaan septic tank rumah tangga (sepal). Meskipun dalam anggaran awal tahun 2024 tidak direncanakan pembangunan sepal, Suharyanta mengambil langkah berani dengan mengalokasikan dana dari perubahan anggaran untuk membangun sistem sanitasi di 70 rumah tangga.
Fokus utama dari program ini diberikan kepada kader-kader desa, dengan harapan mereka bisa menjadi pelopor dan sumber inspirasi bagi warga lainnya. Pendekatan ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan secara berkelanjutan.
Suharyanta menyadari bahwa perubahan perilaku tidak bisa dipaksakan dari luar, tetapi harus ditumbuhkan melalui teladan yang dekat dan nyata. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya gotong royong dalam pembangunan fisik, serta memastikan bahwa masyarakat dilibatkan dan merasa memiliki atas program-program yang dijalankan.
Inklusi sebagai Prinsip Pembangunan
Salah satu nilai yang semakin kuat diterapkan di Kalurahan Ngalang adalah inklusi. Melalui proses belajar dan diskusi, Suharyanta sebagai Kepala Desa menyadari bahwa membuat ruang publik yang ramah bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok berisiko tinggi, tidak harus mahal atau rumit.
Pembangunan kamar mandi, tempat cuci tangan, dan kantor desa yang dapat diakses oleh semua warga menjadi prioritas. Namun yang lebih penting, perubahan ini bukan sekadar mengikuti tren atau tekanan dari luar, melainkan berasal dari kesadaran bahwa setiap warga negara berhak atas akses yang setara terhadap layanan publik.
Kepemimpinan yang Reflektif dan Adaptif
Salah satu hal yang membedakan Kalurahan Ngalang dari desa lainnya adalah gaya kepemimpinan yang reflektif dan adaptif. Suharyanta secara terbuka mengakui bahwa banyak ide dan ilmu baru datang melalui interaksi dengan berbagai pihak, termasuk ASB S-SEA melalui program Seger Waras (ECT WASH). Namun, ia tidak pasif menunggu arahan, melainkan aktif menyaring informasi untuk kemudian menyesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas desanya.
Menurutnya, kehadiran lembaga kemanusiaan, pendidikan, dan institusi lainnya adalah mitra yang membantu membuka cakrawala berpikir. Tapi untuk keputusan akhir selalu berpijak pada kesesuaian dengan dokumen perencanaan dan persetujuan masyarakat melalui lembaga-lembaga internal desa seperti BPD (Badan Permusyawaratan Desa).
Untuk tahun 2025, pemerintah Kalurahan Ngalang telah merancang program peningkatan kapasitas sumber daya manusia, terutama bagi kader-kader yang menjadi ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Ada harapan bahwa kolaborasi dengan pihak eksternal tetap berlanjut, tetapi dengan pendekatan yang lebih terjadwal dan berkelanjutan.
Suharyanta juga menyampaikan bahwa proses evaluasi sangat penting agar setiap program bisa diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut. Ia menginginkan agar forum-forum pembelajaran tidak berhenti di tengah jalan, agar semangat masyarakat dan aparat desa tetap terjaga.
Perubahan Menuju Arah yang Lebih Baik
Perubahan di Kalurahan Ngalang bukan hasil kerja satu pihak, melainkan kombinasi antara kepemimpinan lokal yang terbuka terhadap pembaruan, partisipasi masyarakat, dan adanya referensi serta inspirasi dari luar. Dalam konteks ini, ASB S-SEA melalui program Seger Waras (ECT WASH) berperan sebagai salah satu faktor yang memperkaya proses, bukan sebagai penentu tunggal arah pembangunan.
Kisah Kalurahan Ngalang menunjukkan bahwa perubahan sejati dimulai dari dalam. Ketika seorang Kepala Desa mau mendengar, belajar, dan bertindak sesuai kebutuhan warga, maka kolaborasi dengan pihak luar akan menjadi alat bantu yang efektif, bukan pengganti. Prinsip inilah yang menjadikan Kalurahan Ngalang pelan tapi pasti menuju desa yang lebih tangguh, sehat, dan inklusif bagi semua.