Banjir Lahar Dingin, Dampak, dan Kebutuhan Mendesak
Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada Sabtu, 11 Mei 2024, di wilayah hulu Gunung Marapi dan Gunung Singgalang telah menyebabkan banjir lahar dingin dan banjir bandang di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Bencana ini mengakibatkan korban, kerusakan, dan kerugian di empat kabupaten, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman.
Hingga tanggal 19 Mei 2024 tercatat 61 jiwa meninggal dunia dan 20 orang masih dilaporkan hilang. Sementara itu, pengungsi akibat bencana ini sejumlah 4.240 jiwa yang tersebar di berbagai lokasi pengungsian (Sumber: Kompas dan Antara Sumbar). Bencana ini juga merusak infrastruktur sumber air bersih, seperti sumur, pipa air, dan fasilitas pengolahan air. Gangguan akses air bersih juga terjadi karena pencemaran sumber air oleh lumpur dan material vulkanik. Akibatnya air bersih yang berasal dari sumber tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
Hal tersebut menyebabkan keterbatasan akses air bersih di wilayah terdampak, sehingga masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan air untuk minum, memasak, dan kebersihan diri. Keterbatasan air bersih juga memperburuk kondisi sanitasi dan kesehatan. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air yang tercemar/tidak bersih seperti diare dan infeksi kulit. Hal ini dapat mengancam kelompok berisiko seperti anak-anak, lansia, dan orang dengan disabilitas. Hambatan bagi penyandang disabilitas ketika bencana banjir lahar dingin juga meningkat akibat aksesibilitas yang terbatas. Kondisi ini terjadi karena jalan-jalan yang rusak, penumpukan material vulkanik, dan ketiadaan fasilitas ramah disabilitas.
Respons ASB
Melihat dampak bencana dan kebutuhan mendesak lainnya, maka Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) sebagai lembaga kemanusiaan dan pembangunan yang telah bekerja di Indonesia sejak 2006 dan terlibat dalam berbagai penanganan bencana memutuskan untuk terlibat dalam upaya penanganan darurat banjir lahar dingin Gunung Marapi di Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Agam.
Sebagai langkah pendahuluan, ASB memantau kondisi dan dampak bencana dari berbagai laporan lembaga pemerintah di tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten. Selain itu, laporan dari lembaga-lembaga kemanusiaan serta pemberitaan dari media massa juga menjadi rujukan. ASB sebagai lembaga yang berkomitmen terhadap prinsip pelokalan juga menjalin kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat di Provinsi Sumatera Barat, yaitu Jemari Sakato dan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPDis) wilayah setempat (HWDI dan Gerkatin Provinsi Sumatera Barat).
Dashboard Proyeksi Data Terpilah, WASH, dan Shelter
Dukungan yang pertama kali dilakukan oleh ASB berupa pembuatan dan penyajian dashboard proyeksi data terpilah penyintas berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, dan kesulitan fungsi disabilitas, serta proyeksi kebutuhan WASH dan Shelter dengan menggunakan indikator-indikator di dalam Sphere Standard. Dashboard ini dibuat oleh ASB dengan akses terbuka melalui tautan bit.ly/ProyeksiDataTerpilah dan disebarluaskan ke berbagai pemangku kepentingan.
Kolaborasi ASB, Jemari Sakato, dan OPDis Lokal
Pada Sabtu, 1 Juni 2024 Tim ER ASB sampai di Sumatera Barat dan langsung menyambangi kantor Jemari Sakato untuk melakukan diskusi perencanaan respons. Jemari Sakato sendiri merupakan lembaga kemanusiaan lokal.
Diskusi ini juga melibatkan OPDis lokal yaitu Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Provinsi Sumatera Barat dan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Provinsi Sumatera Barat.
Koordinasi ini secara spesifik membahas perencanaan intervensi air bersih di beberapa titik yang telah direkomendasikan oleh Jemari Sakato. Selain itu, diskusi ini juga membahas rencana peningkatan kapasitas dan asistensi yang akan diberikan oleh ASB kepada Jemari Sakato dan kedua OPDis terkait Kaji Cepat WASH Inklusi, Sphere, dan Operasi Skyhydrant. Skyhydrant merupakan alat penjernih air untuk menghasilkan air yang dapat diminum. Alat ini juga digunakan oleh ASB dalam penyediaan air bersih dalam respons bencana banjir di Demak Februari dan Maret lalu.
Tim ER ASB dalam diskusi ini membagikan pengalaman serta pembelajaran terkait respons darurat yang pernah dilakukan di berbagai wilayah khususnya dalam hal pelibatan organisasi penyandang disabilitas. Diskusi ini menjadi ruang terbuka termasuk bagi HWDI dan Gerkatin untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam respons darurat dimulai dari tahap perencanaan.
Kolaborasi dengan Feri, Penyandang Disabilitas dari Sumatera Barat dalam Instalasi Skyhydrant
Titik Pertama Instalasi Skyhydrant: Jorong Simpang Bukik, Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang
Pada hari Minggu, 2 Juni 2024 Tim ER ASB mulai melakukan kerja lapangan untuk penyediaan air bersih yang dapat diminum. Titik kerja dipilih berdasar hasil koordinasi tim Jemari Sakato dengan Kepala Jorong Simpang Bukik, Nagari Bukik Batabuah. Jorong merupakan kelompok masyarakat berdasar geografis yang setara dengan Dusun/Padukuhan, sedangkan Nagari merupakan penyebutan lokal setara dengan Desa/Kalurahan.
Koordinasi yang dilakukan mengarahkan tim untuk melakukan instalasi di rumah salah satu warga. Tim melakukan pengecekan sumber air baku melalui sumur yang berada di rumah warga bersama dengan Feri Naldi atau lebih akrab dipanggil Feri. Feri merupakan laki-laki penyandang disabilitas pendengaran yang tergabung dalam Gerkatin Provinsi Sumatera Barat.
Hasil tes menunjukkan air sumur layak digunakan sebagai sumber air baku yang akan disaring Skyhydrant. Dengan sigap, Feri bersama Roni dari Tim ER ASB melakukan instalasi Skyhydrant. Dengan mengandalkan pompa air, sambungan pipa, dan tandon, tidak membutuhkan waktu lama, saluran kran air terpasang dan dapat dimanfaatkan oleh warga. Dari informasi Kepala Jorong Simpang Bukik, sekitar 15 rumah tangga memanfaatkan air bersih produksi Skyhydrant.
Titik Kedua Instalasi Skyhydrant: Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek
Tim ER ASB bersama dengan Jemari Sakato dan OPDis melakukan intervensi kembali pada Senin, 3 Juni 2024 di Pesantren Daaru Tahfiz yang berlokasi di Jalan Cangkiang, Batu Taba IV Angkek, Kabupaten Agam. Pondok pesantren ini menjadi salah satu tempat yang terdampak galodo (Galodo digunakan untuk menyebut kejadian banjir lahar dingin (lahar hujan) yang terjadi di lereng Gunung Marapi. Namun ada pula yang mengartikan galodo sebagai kejadian banjir bandang dan tanah longsor) dan sedang melakukan upaya pemulihan awal.
Intervensi dimulai dengan bertemu pengurus Pesantren Daaru Tahfiz untuk mendapatkan gambaran situasi, khususnya kondisi air. Pesantren ini menjadi lokasi dengan dampak cukup parah akibat banjir. Pesantren ini memiliki 55 santri dan pengurus yang mengandalkan sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari. Air sumur sedikit berbau dan keruh, dan jaringan perpipaan juga menguning akibat endapan air tanah.
Dengan dibantu para santri, Feri melakukan pembersihan tandon menggunakan klorin dan asam sitrat. Tujuannya untuk memastikan air yang telah disaring menggunakan skyhydrant benar-benar air yang bersih. Selanjutnya, skyhydrant diinstal dan memanfaatkan pompa air pesantren untuk menyedot air dari sumur bor.
Titik Ketiga Instalasi Skyhydrant: Jorong Limo Suku, Nagari Sungai Pua
Setelah dari pesantren, Tim ER ASB, Jemari Sakato, dan Gerkatin Sumatera Barat melanjutkan upaya penanganan darurat dengan melakukan observasi di Jorong Limo Suku, Nagari Sungai Pua. Kali ini ditemani Tim Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Jorong Limo Suku.
Warga mengalami gangguan akses jaringan air bersih rumah tangga dikarenakan bak penampungan utama mengalami kerusakan akibat diterjang galodo. Oleh karena itu, sedang direncanakan untuk direkonstruksi oleh lembaga lain.
Merespon kerusakan tersebut, Pamsimas telah memiliki inisiatif untuk memanfaatkan bak lama. Inisiatif ini menghadapi tantangan debit air tidak stabil dan banyaknya kotoran seperti sampah daun.
Tim ER ASB pun melakukan konsultasi dengan Pamsimas menawarkan 2 opsi menjawab tantangan yang ada. Opsi pertama melakukan instalasi 2 skyhydrant untuk menyaring air di bak sementara yang sedang digunakan. Opsi kedua mengintervensi tangkapan air untuk menstabilkan debit serta mengurangi sampah. Konsultasi menghasilkan kesepakatan menggunakan opsi kedua. Dalam hal ini, ASB memberikan suplai tandon dan valve (sambungan air). Intervensi yang dilakukan berhasil mereduksi kotoran dan ketika dilakukan monitoring, ditemui debit air menjadi lebih stabil bahkan meningkat. Saluran air ini memenuhi kebutuhan 350 rumah tangga atau sekitar 1.300 jiwa.
Peningkatan Kapasitas Terkait WASH Inklusif
Tim ASB didukung komunikasi isyarat oleh Feri pada Rabu, 5 Juni 2024 memberikan pelatihan ke Jemari Sakato, HWDI, dan Gerkatin untuk meningkatkan kolaborasi dan kapasitas mereka dalam respons pemulihan awal bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi Kabupaten Agam. Pelatihan berlangsung selama dua hari dengan topik konsep disabilitas dan identifikasi penyandang disabilitas, serta praktik instalasi dan perawatan Skyhydrant. Peserta yang hadir dalam pelatihan ini sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan yang diantaranya ada 8 orang penyandang disabilitas.
Pelatihan tersebut bertujuan agar peserta mampu:
1) Mengidentifikasi 3 hak dasar masyarakat terdampak dan mengapa respons kemanusiaan harus inklusif berdasar Piagam Kemanusiaan dalam Sphere,
2) Mengindentifikasi area cakupan dan kegiatan intervensi WASH.
Dalam pelatihan, terjadi diskusi mengenai rencana respons yang merupakan kolaborasi di antara peserta. Topik diskusi juga mencakup upaya agar respons yang dilakukan menjadi nilai tambah bagi masyarakat terdampak dan menjadi investasi dukungan kesiapsiagaan. Misalnya dengan mengupayakan tempat evakuasi yang lebih aksesibel dan aman dengan mempertimbangkan kolaborasi dengan organisasi lain di tengah sumberdaya yang terbatas.
Selain pelibatan langsung perwakilan OPDis dan Jemari Sakato dalam respons sebagai bagian peningkatan kapasitas, ASB menyelenggarakan pelatihan singkat kepada organisasi lokal pada 6-7 Juni 2024. Tujuan utama pelatihan tersebut untuk membekali kolaborasi mereka dalam pemulihan awal dan membangun kerjasama antara lembaga kemanusiaan lokal dengan OPDis lokal untuk joint response saat ini dan di masa depan. Tujuan khusus pelatihan ini adalah:
- Mengidentifikasi hak dasar masyarakat terdampak dan mengapa respons kemanusiaan harus inklusif berdasarkan Piagam Kemanusiaan dalam Buku Pegangan Sphere dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Layanan Kemanusiaan dalam Bencana, serta kaitannya dengan ruang lingkup intervensi dan kegiatan WASH.
- Menguraikan rencana respons kolaboratif mitra untuk memastikan respons yang dilakukan memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang terkena dampak, termasuk berinvestasi dalam kesiapsiagaan inklusif untuk lokasi evakuasi yang lebih mudah diakses dan aman dengan mempertimbangkan kolaborasi dengan organisasi lain di tengah keterbatasan sumber daya mereka.
- Mengidentifikasi konsep disabilitas, menunjukkan identifikasi dan hambatan penyandang disabilitas dalam WASH.
- Mendemonstrasikan pemasangan dan pemeliharaan alat filtrasi air skyhydrant.