PROGRAM SEGER WARAS – ECT WASH

Logo ECT WASH ASB Indonesia and the Philippines

Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) memang memiliki impian-impian besar untuk membangun ketangguhan masyarakat: 

  • Mimpi kami bukan hanya untuk merespons krisis setelah bencana terjadi, tetapi untuk mengantisipasinya lewat tindakan cepat dan tepat. 
  • Mimpi kami bukan hanya untuk meringankan penderitaan lewat respons bencana, tetapi juga untuk mencegahnya lewat kesiapsiagaan. 
  • Mimpi kami berakar pada prinsip inklusivitas, di mana setiap suara didengar, dan setiap individu mendapat kesempatan untuk berkontribusi dalam mengurangi risiko bencana (khususnya yang disebabkan oleh perubahan iklim), serta membangun ketangguhan dengan cara yang bertanggungjawab terhadap lingkungan.

Seger Waras adalah program yang dikembangkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi ini – sebuah program yang mengintegrasikan berbagai sektor untuk mewujudkan ketangguhan yang holistik.

  • Dari AMPL hingga aksi antisipatif, 
  • kesiapsiagaan bencana hingga inklusi sosial, 
  • respons kemanusiaan hingga aksi iklim, 

harapan kami Seger Waras dapat bekerja lintas sektor demi ketangguhan masyarakat (Lily, Regional Director of ASB Indonesia and the Philippines).

Latar Belakang Program Seger Waras

Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) sebagai sebuah lembaga non-pemerintah internasional memiliki ruang lingkup kerja pada sektor pengurangan risiko bencana (PRB), aksi iklim, pengembangan sosial ekonomi, dan bantuan kemanusian dengan pendekatan yang menekankan pada inklusi sosial. 

ASB bekerja untuk mendukung pembangunan ketangguhan masyarakat yang inklusif dengan bekerjasama secara teknis dan bermakna dengan pemerintah pusat dan daerah, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa/kelurahan serta menjalin kemitraan kolaboratif yang inklusif dan berkualitas dengan organisasi masyarakat sipil (OMS) baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal termasuk organisasi penyandang disabilitas (OPDis), organisasi orang lanjut usia, dan kelembagaan masyarakat Desa.

ASB melihat seluruh wilayah kerja rentan terhadap risiko hidrometeorologi karena lokasinya di pantai atau sepanjang aliran air utama. Dalam beberapa tahun terakhir, banjir meningkat di semua wilayah kerja ASB, karena beberapa faktor seperti naiknya permukaan air laut, peningkatan sedimentasi fluvial, peningkatan curah hujan, dan perubahan penggunaan lahan. 

Pada saat yang sama, beberapa area mengalami kekeringan yang meningkat, menyebabkan kelangkaan pasokan air untuk keperluan domestik dan ekonomi. Kebanyakan rumah tangga bergantung pada pertanian dan perikanan untuk kehidupan mereka, kedua-duanya sangat rentan terhadap risiko bencana dan perubahan iklim. Selain itu, sebagian besar masyarakat tidak memiliki sumber penghasilan alternatif. 

Banyak petani bahkan tidak memiliki tanah yang mereka garap tetapi hanya mendapatkan bagian kecil dari panen untuk pekerjaan mereka. Pendapatan keluarga ini biasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehingga banyak keluarga bergantung pada pinjaman dengan bunga tinggi, yang mendorong mereka ke dalam spiral hutang. 

Situasi ini sangat diperburuk ketika masyarakat terkena banjir atau kekeringan, menyebabkan petani kehilangan tanaman dan/atau aset mereka. Akibatnya, mereka terpaksa meminjam lagi untuk membeli benih dan input lainnya untuk periode tanam berikutnya. 

Kombinasi masalah degenerasi ekosistem, kemiskinan yang meluas, dan kapasitas penanganan yang rendah, berarti bahwa masyarakat berisiko sangat tinggi dalam menghadapi gejolak eksternal seperti peristiwa cuaca ekstrem.

Kabupaten Magelang meskipun tidak berada langsung di pantai, banyak aliran sungai membuatnya sangat rentan terhadap risiko hidrometeorologi. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, pada tahun 2022, longsor dan angin kencang adalah kejadian paling umum di Kabupaten Magelang. 

Sebanyak 301 kejadian longsor yang tercatat oleh BPBD. Sedangkan angin kencang/topan terjadi sebanyak 266 kali. Bencana hidrometeorologi ini terjadi di hampir semua kecamatan di Kabupaten Magelang. Selain itu, keberadaan Gunung Merapi yang tetap dalam status ‘Siaga’ (tingkat peringatan kedua tertinggi) dan terus mengalami letusan kecil sepanjang tahun, yang memicu evakuasi masyarakat di area berisiko tinggi. 

Berbeda dengan Kabupaten Magelang, masyarakat di Kabupaten Gunungkidul sangat sering mengalami krisis air bersih, bukan hanya selama musim kemarau tetapi juga sepanjang tahun. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Gunungkidul menyatakan bahwa terdapat 10.000 kepala keluarga di tujuh kecamatan yang terkena krisis air (Purwosari, Saptosari, Rongkop, Girisubo, Ponjong, Semanu, dan Gedangsari). Sementara itu, kecamatan lain di Gunungkidul, terutama yang terletak di dataran rendah dan di sepanjang sungai seperti Girisubo, sangat sering terkena longsor dan banjir. 

Dapat disimpulkan bahwa di kedua wilayah yaitu Magelang dan Gunung Kidul terdapat kebutuhan layanan WASH yang dapat diakses, jamban sehat, dan sanitasi yang tepat. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan kemanusiaan yang paling signifikan. Sementara kekeringan mempengaruhi sebagian masyarakat, sebagian yang lain rentan terhadap banjir dan longsor terutama selama musim hujan.

Program Seger Waras

Latar belakang tersebut mendorong ASB Indonesia and the Philippines meluncurkan program Seger Waras yang merupakan program intervensi di 4 (empat) desa yaitu Ngadiharjo dan Giri Tengah, Magelang serta Girisuko dan Ngalang, Gunungkidul. 

Seger Waras merupakan singkatan yang dibuat oleh ASB agar memudahkan penyebutan program yang lengkapnya adalah “Strengthening Local Climate-Sensitive and Universal WASH Capacities Using and Disseminating the Green Humanitarian Aid Approach” atau dalam bahasa Indonesia “Penguatan Kapasitas Lokal untuk Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang Aksesibel dan Peka Iklim termasuk Peningkatan Respons Kemanusiaan yang Ramah Lingkungan”.

Isu dan sektor dalam program Seger Waras adalah Air bersih, Sanitasi dan promosi higiene, Kesiapsiagaan, Aksi antisipatif, Respons kemanusiaan yang ramah lingkungan, Perubahan iklim, Lingkungan, dan Inklusivitas

Dampak yang diharapkan dari program Seger Waras adalah Implementasi praktis terhadap komitmen dan strategi global dalam mendorong akses universal terhadap AMPL, mempromosikan AMPL yang inklusif, peka iklim, dan ramah lingkungan, memperkuat peringatan dini, aksi antisipatif/Tindakan Cepat dan Tepat, dan kesiapan dalam respons kemanusiaan di wilayah yang paling rawan terdampak bencana dan perubahan iklim.

Hasil yang diharapkan Masyarakat berisiko tinggi memiliki kapasitas AMPL yang inklusif dan mempertimbangkan dampak risiko iklim dan lingkungan. Masyarakat berisiko tinggi mampu mempersiapkan, mengantisipasi, dan proaktif memberikan layanan kemanusiaan dalam merespons kejadian cuaca ekstrem. Guna mencapai dampak dan hasil yang diharapkan, Seger Waras memiliki 4 kegiatan utama yaitu Layanan AMPL yang Peka Iklim, Pengurangan Risiko Bencana dan Respons Kemanusiaan, Respons Kemanusiaan yang Ramah Lingkungan, dan Manajemen Pengetahuan.

Layanan AMPL yang peka iklim meliputi penguatan kapasitas AMPL yang inklusif dan peka iklim, penyediaan sarana dan sistem pasokan air yang akses dan universal, penguatan kelompok pengelola air, peningkatan sarana sanitasi yang aksesibel dan responsif gender, peningkatan kesadaran tentang praktik higiene yang aman, akses, dan responsif gender, serta penguatan kapasitas pengolahan sampah.

Sedangkan Pengurangan Risiko Bencana dan Respons Kemanusiaan meliputi pemetaan pemangku kepentingan, penguatan kapasitas pemangku kepentingan dan analisis risiko bencana dan iklim serta rencana aksi, analisis proyeksi iklim, penguatan struktur pengurangan risiko bencana di tingkat lokal, rencana kontijensi yang peka iklim, pembentukan sistem peringatan dini berbasis masyarakat, pengembangan  mekanisme dan protokol, aksi antisipatif, serta penguatan jaringan dan koordinasi antar forum dalam manajemen risiko bencana dan iklim.

Pada Respons Kemanusiaan yang Ramah Lingkungan terdapat analisis potensi risiko lingkungan dan pengembangan konsep respons kemanusiaan yang ramah lingkungan, penguatan kapasitas mitra pelaksana dan aktor kemanusiaan tentang Piagam Iklim dan respons kemanusiaan yang ramah lingkungan, penandatanganan Piagam Iklim oleh mitra lokal dan aktor kemanusiaan, penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam penggunaan alat penilaian lingkungan seperti NEAT+, advokasi dan dialog kebijakan tentang Piagam Iklim dan respons kemanusiaan yang ramah lingkungan, serta promosi jaringan mitra dan lembaga lokal dalam rangka berbagi pengetahuan dan praktik baik

Terakhir, pada Manajemen Pengetahuan terdapat kegiatan partisipasi aktif dan bermakna dalam jaringan, komite dan forum-forum diskusi dan konsultasi terkait  risiko lingkungan, iklim dan bencana dalam proses perencanaan nasional dan daerah. Berbagi pembelajaran dan praktik baik  pelaksanaan program dalam forum-forum nasional dan regional, advokasi berbasis bukti dalam forum-forum nasional, regional dan global, serta pengembangan publikasi dan visibilitas di tingkat program

Acknowledgement

Seger Waras merupakan program Penguatan Kapasitas Lokal untuk Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang Aksesibel dan Peka Iklim melalui Peningkatan Respons Kemanusiaan yang Ramah Lingkungan. Seger Waras adalah bagian dari program ECT WASH (Environmental Sound and Climate Resilient Transformation of Humanitarian WASH) yang diimplementasikan secara global di 14 negara di Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika, melalui kerjasama penyelenggaraan oleh Arbeiter-Samariter-Bund (ASB), arche noVa (AN), dan German Toilet Organization (GTO), dan didanai oleh German Federal Foreign Office (GFFO).

 

Berita & Cerita

Penyediaan Layanan Air Bersih dalam Respon Banjir Demak, Grobogan, dan Kudus


Newsletter

Ingin mendapatkan berita dan materi terbaru kami?

Berlangganan newsletter